
Pengajian rutin bulanan di Masjid Al-Insan Lantai III, RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya pada hari Ahad, 20 Dzulqa’dah 1446 H / 18 Mei 2025 M. Pada kesempatan ini menghadirkan H. M. Syairi Abdullah, selaku penceramah serta Wakil Ketua PWM Kalteng; dr. Widya Dewi Jayanti, Direktur Pelayanan dan Penunjang Medik; dr. Sulistyaningsih, Sp.KK,Sp.DVE, FINSDV; dokter Spesialis; para manager; para karyawan, serta pengunjung dan keluarga pasien. Tema yang diambil adalah “Mengukir Keteladanan Nabi Ibrahim dalam Berkurban”.

Acara pengajian diawali dengan pembacaan ayat suci Qur’an dilanjutakan dengan sambutan dr. Widya Dewi Jayanti, menyebutkan bahwa dengan adanya pengajian ini, harapannya bisa menambah ilmu dan meningkatkan ketaqwaan serta menjadi ajang silaturahmi.
“Apalagi RS kita adalah RS Islam yang misi utamanya setiap pelayanan terdapat nilai dakwah, maka kajian atau pengajian terus dilakukan sehingga pemahaman agama bisa kita terapkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (pasien dan keluarga)”, ujarnya.
Dalam ceramahnya, H. M. Syairi Abdullah menyatakan Qurban menurut etimologi berasal dari bahasa Arab Qaruba – Yaqrabu – Qurbanan, yang artinya dekat, mendekat atau pendekatan. Maksudnya yaitu Dalam konteks ibadah, qurban berarti suatu bentuk amalan atau persembahan yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah), dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya.
“Secara istilah qurban adalah : Penyembelihan hewan tertentu pada hari Idul Adha 10 Dzulhijjah dan hari-hari tasyriq (11–13 Dzulhijjah) sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam syariat”, tegasnya
Ibadah qurban adalah ibadah yang berawal ketika Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, dengan cara disembelih. Ujian tersebut semata-mata untuk mengetahui apakah cinta dan sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. “ Itulah hebatnya cinta bisa bukan hanya di rasakan dengan perasaan tapi juga harus dibuktikan dengan perbuatan,” ujarnya.
Berbekal keimanan yang tinggi, kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah yang disampaikan Allah melalui sebuah mimpi. Mendengar pernyataan ayahnya, dengan penuh ketegaran jiwa dan kesabaran, Nabi Ismail yang masih kecil itu menjawab pertanyaan ayahnya yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an surah Ash-Shaffaat ayat 102.
Dari sepenggal kisah ayat di atas, kita akan dapati beberapa pelajaran yang sangat berharga, yakni: Pertama, qurban mengajarkan tentang arti sejati dari pengorbanan. Ini mencerminkan ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah, serta rasa syukur atas segala karunia yang diberikan-Nya. Pengorbanan ini mengajarkan umat Muslim tentang pentingnya melepaskan hal-hal yang berharga bagi diri sendiri demi ketaatan kepada Allah SWT.
Kedua, Qurban juga mengajarkan tentang kesetiaan dan keteguhan hati. Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya (Nabi Ismail AS) sebagai bentuk pengorbanan, Ibrahim dengan tulus mematuhi perintah Allah meskipun sangat berat bagi dirinya. Meskipun pada akhirnya Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, kesetiaan dan keteguhan hati Ibrahim menjadi inspirasi bagi umat muslim untuk menghadapi cobaan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah.
Ketiga, qurban juga mengajarkan tentang nilai-nilai solidaritas, kasih sayang dan kepedulian sosial. Daging qurban dibagikan kepada yang membutuhkan sebagai bentuk berbagi rezeki dan peduli terhadap sesama. Praktik ini mengingatkan umat Muslim akan pentingnya membantu mereka yang kurang beruntung, memperkuat tali persaudaraan, dan membangun masyarakat untuk berempati. (MF/Sam)