Prasangka adalah membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut.
Kebanyakan dari kita sangat suka berprasangka buruk terhadap saudaranya sendiri tanpa menunggu konfirmasi terlebih dahulu. Contoh bila kita mendengar bahwa si A sering meninggalkan tugasnya tanpa ijin atasan, maka ini yang kita percaya dan sebarluaskan tanpa cek-ricek atau tabayun kepada yang bersangkutan.
Prasangka buruk bisa terjadi karena adanya kompetisi di lingkungan dunia kerja dan egoisme yang tinggi serta ingin mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan tempat bekerja.
Sehingga prasangka diiringi rasa merendahkan, perasaan negatif dan tindakan permusuhan kepada sekelompok orang yang tidak disukai.
Kadang kita tidak sadar bahwa prasangka buruk bisa menular dan menyebakan lingkungan kerja menjadi tidak nyaman dan jiwa kita juga menjadi sempit selalu ingin tau dengan urusan orang lain.
Allah berfirman dalam surat Al Hujurat-12 “wahai orang-orang yang beriman jauhilah banyak dari prasangka. Sesunguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain“
Nah, apa saja yang bisa kita lakukan dalam menimalisir sifat prasangka buruk ini :
1. Perbanyak ibadah dan tawakal
2. Persibuk diri dengan hal hal positif
3. Jauhi diri dari orang yang memberikan pengaruh negatif
Jadi ada 3 hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kebiasaan berprasangka buruk.
Dalam hadist juga disampaikan :
HR. Al Bukhari “jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta”. Sehingga prasangka buruk ini dilarang oleh agama dan sebagai perbuatan dosa.
Alangkah indahnya dari sekarang kita mulai belajar dan memperbanyak pikiran yang positif karena lebih membuat hati lebih bahagia dan hidup menjadi lebih tenang.
“Barangsiapa yang selalu berpikir positif tentang sikap orang lain serta berbaik sangka kepada mereka, maka niatnya akan selamat, dadanya akan lapang dan hatinya akan sembuh serta Allah akan menjaganya dari kejelekan dan keburukan”, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.
Wallahu ‘alam bi showab.
(4limah/Sam)